BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Bagian
Assembly
Pada
bagian ini menjelaskan tentang lanjutan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
setelah proses fabrikasi, yaitu bagian assembly dimana pada intinya bagian
assembly adalah bagian pemasangan bagian-bagian plat dari hasil cutting agar
dirangkai menjadi sebuah panel-panel, dan panel tersebut dirangkai lagi menjadi
sebuah section atau block, untuk lebih tau tentang bagian assembly mari kita
perhatikan materi berikut ini.
·
Pengertian
Assembly
Proses
kegiatan pembangunan konstruksi kapal dari pembuatan panel-panel dan dirangkai
kembali panel-panel tersebut untuk menjadi 1 buah block atau section, untuk proses ini terdiri dari 2
bagian yaitu :
·
Proses
Sub–Assembly
Proses
ini terdiri dari penyambungan (Fit-up)
dan pengelasan. Proses sub assembly
ini adalah menggabungkan beberapa komponen kecil menjadi komponen per panel,
misalkan:
1. Pemasangan
stiffener pada plate sekat
2. Pembuatan
wrang
3. Penyambungan
2 atau lebih plate
Pada proses pengelasan, pengelasan
yang digunakan yaitu SAW, SMAW, dan FCAW. Dari kedua proses ini, QA-QC memegang
peranan penting untuk mengecek hasil dari keduanya. Seperti yang kita ketahui,
tugas dari QA-QC yaitu menjamin kuantitas dan mutu dari benda.
Gambar
diatas menerangkan bahwa pada proses sub
assembly ini, pemasangan stiffener pada plate sekat dilakukan dengan menggunakan
tipe pengelasan SMAW.Prinsip pengelasan dengan metode SMAW adalah menggunakan
panas dari busur untuk mencairkan logam dasar dan ujung sebuah consumable elektroda tertutup dengan
tegangan listrik yang dipakai 23-45 Volt dan untuk pencairan digunakan arus
listrik hingga 500 ampere yang umum digunakan berkisar antara 80-200 ampere
·
Proses
assembly
Setelah
pembuatan bangunan kapal per panel, maka selanjutnya pembangunan kapal per
blok. Proses ini disebut proses assembly. Misalkan penggabungan beberapa wrang,
penggabungan seksi menjadi blok, dan lain lain.
Gambar 3. Proses assembly
Gambar
diatas adalah salah satu gambar pada tahapan proses assembly yaitu pemasangan shell pada konstruki web
frame, dan setelah itu dilanjutkan dengan proses pengelasan.
Perlu diketahui
bahwa proses assembling ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1.
Persiapan
JIG
Pada
proses ini dilakukan pembuatan pondasi untuk sebuah blok yang digunakan
membantu pengerjaan pada proses assembly sampai menjadi sebuah blok.
2.
Scantling
Check
Pada proses ini, dilakukan pengukuran
dimensi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keselarasan keadaan aktual dengan
gambar. Selain itu, proses ini juga untuk mempermudah pada persiapan joint erection. Pengukuran ini dibantu
dengan menggunakan alat rollmeter sepanjang 50 m. Pengukuran dilakukan pada
bagian lebar, tinggi, jarak gading dan lain-lain.
3.
Penyambungan
(Fit-Up)
Sama halnya dengan proses sub assembly, pada proses assembly ini juga dilakukan pengecekan
persiapan penyambungan. Disini dicek kelengkapan kapal. Selain itu juga dicek
pada bagian penggabungan plate, misalkan jika terdapat pelat yang tidak rata
4.
Pengecekan
Hasil Pengelasan
Proses ini merupakan bagian dari tugas QA-QC. Dalam hal ini,
dilakukan pengecekan yaitu apakah pengelasan dilakukan sesuai aturan class atau
tidak. Bagian-bagian pengecekan diantaranya
·
Leg
lenght
·
Kelengkapan bagian blok
·
Ada tidaknya cacat las
Welding check ini
dilakukan oleh pihak surveyor dari BKI. Yang mana, dari pihak BKI ini mengecek
ada tidaknya cacat tidaknya ditimbulakan oleh pengelasan sesuai standart class.
Berikut adalah tanda (simbol)
dan harus doiperbaiki:
Simbol
tersebut antara lain:
·
Por = porosity
·
Wl = weld
(perlu di las)
·
G = granding
·
u/c
(undercut) = karena terkena pengelasan makanya berlubang
·
th
(tahan las) =
bagian tersebut tidak boleh dilas
·
pot
(potong) =
bagian tersebut harus dihilangkan/dipotong
Adapun
juga simbol-simbol yang ditulis dan dijelaskan oleh pihak surveyor pada bagian
tertentu
Contoh
gambar simbol :
3.2 Proses
Erection
Proses
ini merupakan pekerjaan terakhir dalam pembuatan badan kapal. Proses ini melakukan
penyambungan antar block (section) 1 dengan Section yang lainnya dari bagian
kapal antar block yang sebelumnya telah dikerjakan pada proses assembly.
3.2.1
Metode
Seksi Assembly
Metode ini difokuskan pada pengembangan erection pada
arah vertikal dan penurunan ditetapkan untuk satu blok dari dasar ke upper
deck. Gambar 5 memperlihatkan situasi penurunan blok pada hari kalender ke
n setelah keel laying.
keterangan
:
1.
n1 hari kalender keel laying: kamar
mesin dan bagian bagian tangki parsial telah lengkap.
2.
n2 hari kalender setelah keel laying:
bagian belakang kapal/stern dan bagian-bagian tangki telah menyambung.
3. n3 hari kalender setelah keel laying: bagian belakang/stern
dan bagian depan/bow telah selesai atau lengkap.
-
Kelebihan dari metode ini adalah :
1.
Oleh karena
pembangunannya ditetapkan bahwa satu tangki pada satu waktu, maka pemeriksaan
tangki menjadi cepat dan penggunaan perlatan dan permesinaan untuk ditangki
menjadi mudah.
2.
Pelaksanaan
grand assembly dari blok-blok didarat menjadi lebih mudah dan dapat diharapkan
terjadinya peningkatan effesiensi yang tinggi, sebab adanya derajat keselamatan
kerja yang tinggi.
-
Kelemahan dari metode ini, yakni :
1.
Karena
pengembangan awal dari dasar kapal tidak memungkinkan waktu kosong antara
pembangunan dari kapal-kapal berbeda tidak dapat diserap, sehingga menyulitkan
untuk menyamaratakan beban pekerja. Pekerjaan yang campur aduk akan sering
terjadi sehingga akan memperbesar pengaruh buruk pada lingkungan kerja.
2.
Karena pekerjaan
pada dasar kapal, sekat melintang, pelat kulit, upper deck dan bagian
yang lain dicampur atau dengan kata lain dikerjakan bersamaan maka ketebalan
pelat dan ukurannya berbeda,sehingga hal ini akan menimbulkan kondisi naik dan
turun dalam pembuatan distibusi pekerjaan untuk para pekerja akan menjadi sulit.
Oleh karena itu keadaan naik dan turunnya dalam batas area dan pembagian pekerja
lebih seperti yang sering terjadi selama tahap assembly.
3.2.2
Metode
Berlapis ( Layered Method)
Metode ini difokuskan pada
perakitan pada arah memanjang dari blok permulaan, sehingga perakitannya
dimulai dari blok dasr (bottom). Kemudian sekat melintang, sekat
memanjang dan pelat kulit dapat dikembangkan. Gambar di bawah memperlihatkan situasi penurunan blok hari ke
n setelah keel laying.
keterangan :
1.
n1 hari kalender
keel laying: perakitan dari bagian dasar.
2.
n2 hari kalender
setelah keel laying: perakitan bagian bawah dari sekat-sekat dan pelat
kulit.
3.
n3 hari kalender
setelah keel laying: pengembangan bagian atas sekat-sekat dan pelat
kulit dan perakitan upper deck.
-
Kelebihan dari metode ini adalah :
1.
Oleh karena
suatu pertimbangan bahwa sejumlah pekerja akan terlibat pada saat pelaksanaan erection,
maka waktu luang yang terjadi sebelum dan setelah peluncuran kapal dapat
diatasi dengan cepat. metode ini sangat efektif untuk perakitan awal pada
bagian dasar yang relatif melibatkan jumlah pekerja lebih besar.
2.
Sebab
pekerja-pekerja yang sama dapat terlibat dalam pekerjaan yang sama dalam suatu
waktu/masa yang sudah pasti, penyempurnaan dalam efesiensi tidak diharapkan
melalui spesialisasi.
3.
Tidak ada
pekerjaan kearah vertikal dan pekerjaan yang campur aduk dapat
dihindari,sehingga lingkungan kerja dapat menjadi baik, kerja menjadi aman dan
hal ini akan meningkatkan efesiensi besar.
4.
Jika hanya
metode pelapisan yang digunakan, maka secara sekwen lokasi-lokasi pekerja akan
bergerak/berpindah dari dasar kapal ke sekat melintang dan sekat memanjang,
pelat kulit dan akhirya ke upper deck, sehingga pekerjaan tersebut dapat
diselesaikan dengan hanya beberapa pekerja saja dan hal ini mempermudah untuk
membagi rata pekerjaan. Oleh karena blok-blok yang sama dikerjakan dalam waktu
yang sama, maka langkah untuk outomatisasi dan penggunaan permesinan pada tahap
di assembly menjadi lebih mudah.
-
Kelemahan dari metode ini , yakni :
1.
Dibandingkan
dengan perakitan kearah memanjang, maka penyelesaian pekerjaan kearah vertikal
akan menjadi lambat, sehingga penyelesaian kompartemen kapal secara individual
akan menjadi lambat dan inspeksi tangkitangki dan pekerjaan outfitting akan
menjadi menurun. Secara umum keinginan untuk memperpendek waktu pembangunan dan
peningkatan produksi tidap dapat diharapkan.
2.
Derajad
deformasi dari bentuk kapal menjadi besar, khususnya permintaan pada bagian
depan (bow) dan belakang (stern) kapal akan bertambah besar
sehingga ketepatan akhir dari kapal akan menjadi jelek.
3.2.3
Titik Awal Erection
Langkah pertama
dalam pembagian/ division adalah menetapkan blok mana yangakan
diturunkan lebih dahulu untuk setiap kontruksi. Oleh karena itu setiap galangan
menggunakan metode-metode pembangunan yang berbeda, maka ada beberapa kegiatan yang
demikian tadi dan masing-masing dinamakan sebagai:
1.
Erection
dengan satu titik (one point erection).
2.
Erection
dengan lebih dari satu titik (multiple point
erection).
3.
Pembangunan
secara berlapis.
4.
Assembly
seksi.
5.
Dan
lain-lain.
Titik dimulainya erection
ditentukan oleh gambaran utilitas dari setiap galangan. Biasanya dalam
kaitannya dengan keinginan untuk mengawali pekerjaan outfitting di
bagian buritan kapal (stern part) dan kamar mesin, maka ditentukan satu
titik awal erection-nya di bagian blok kamar mesin atau bagian dari blok
kamar mesin tersebut di bagian sisi depan.
1.
Keputusan ini
akan memberi kelonggaran waktu pelaksanaan pekerjaan outfitting lebih
awal di bagian belakang kapal (stern section) dan di kamar mesin.
2.
Keputusan ini
memberikan kesetaraan distribusi jam orang untuk divisi produksi, dan
penggunaan arah dari kegiatan-kegiatan kritis (critical path) selama waktu
pembangunan berjalan.
3.
Penempatan blok
secara sederhana dan stabil (bisa memindahkan
bulkhead).
3.2.4
Tahapan
dari proses ereksi yaitu :
1.
Pengangkatan
block/loading
Tahapan ini merupakan
penggabungan suatu block ke block lain. Dalam hal ini digunakan crane untuk
menggabungkan block-block tersebut.
Gambar Pengangkatan
block CO
2. Penggabungan
Tahap penyambungan pada
proses join erection tidak jauh berbeda dengan tahapan penyambungan pada proses
assembly. Yang menjadi bagian pengechekan yaitu :
·
Kerataan plat dari ke
dua block
·
Ukuran gap
·
Ukuran jarak gading
Setelah
pegecekan gading-gading sudah selesai maka langkah selanjutnya adalah di take weld pada bagian tertentu. Take weld ini adalaha proses
pengelesan titik, yang berfungsi untuk mematikan posisi benda kerja atau blok
setelah digabungkan dan sesuai ukuran yang sudak di tentukan.
3. Levelling
deck
Proses
ini yaitu sebuah proses untuk mengetahui kerataan suatu bidang. Dari proses sub
assembly, maka plate akan dilevel agar plate tersebut rata. Tujuan dari proses
leveling ini adalah untuk menyamakan ketinggian bagian kanan dan kiri dari
kapal. Jadi diharapkan posisi kapal pada saat pembangunan dalam keadaan yang
seimbang.
Gambar 9. Pengukuran ketinggian deck
4. Pengechekan
pengelasan
Proses ini juga tidak
jauh berbeda dengan pengechekan pengelasan pada sub assembly maupun assembly.
5. Pengechekan
deformasi
Deformasi merupakan
perubahan suatu bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda akibat pengelasan
ataupun handling. Pada kapal baru peristiwa deformasi ini sering terjadi,
terutama pada section kapal seperti
lambung kapal, geladak, dan sekat. Besarnya deformasi untuk
masing-masing seksi berbeda, hal ini bergantung pada peraturan yang digunakan
oleh galangan kapal sebagai acuan standar mutu produksi. Dalam prakteknya,
pengukuran deformasi dilakukan dengan membentangkan seutas tali setiap satu
jarak gading kapal pada plat yang secara kasap mata terlihat mengalami
deformasi.selanjutnya untuk mengetahui nilai dari deformasi tersebut, digunakan
alat yang bernama tupper gauge.